Oleh : Azzah Nilawaty
Foto: Azzah
Irama alat musik jimbe rampak terdengar dari pelataran
Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Maulana Maghribi Watu, Bantul Senin siang lalu
(20/5). Ada kegiatan yang tak biasa di sekolah itu. Dua belas orang yang
terhimpun dalam Barisan Mahasiswa Kaimana (BAMANA), Papua Barat di DIY kompak
memainkan musik serta tarian adat mereka. Terlihat malu-malu tetapi sangat
bersemangat, para murid diikuti guru larut dalam Tari Yosfan. Tari Yosfan
mengekspresikan kebersamaan dan kekeluargaan yang sudah diajarkan sedari
tingkat sekolah dasar di Kaimana, Papua Barat.
Kegiatan silaturahmi budaya ini diselenggarakan sehubungan
dengan diadakannya program Pendidikan Menghidupkan Nilai (Living Values
Education/LVE) Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) bekerja sama
dengan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU DIY. Tujuan program ini adalah untuk
menanamkan kepada para pendidik dan siswa terkait dengan nilai-nilai toleransi,
saling menghargai, kerjasama, tanggung jawab, dan kedamaian. Di Yogyakarta,
program ini telah diselenggarakan di beberapa pesantren, madrasah, sekolah, dan
perguruan tinggi. Selain MI Maulana Maghribi Bantul, silaturahmi budaya sudah
diadakan juga di MI Ma’arif Patalan, MI Ma’arif Candran, dan MI Ma’arif
Karangnongko Sleman pada 16, 17, 18 dan 20 Mei 2013. Respon para siswa dan guru
begitu antusias dan senang dapat berinteraksi
dan mendapatkan pengalaman langsung belajar seni tari dan nyanyian khas Papua
Barat. Dalam acara ini diselingi juga sesi dialog antara para siswa dan guru
dengan kawan-kawan BAMANA. Mereka belajar untuk dapat memahami budaya yang berbeda
dengan budaya Jawa yang selama ini hanya dapat dilihat lewat layar kaca atau
buku bahan ajar. Harapannya setelah diadakannya silaturahmi budaya yakni dapat
memberikan kesan dan memahami pentingnya menghargai budaya orang lain serta
toleran terhadap perbedaan di lingkungan sekitar kita. Seperti lirik dalam lagu
bait terakhir tarian Yosfan :
“...Berpisah dalam pandangan, bertemu dalam doa...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar