Foto : Reno Simpel |
Sabtu, 30 Maret 2013 bertempat di Balai Dusun Tambakbayan,
Caturtunggal, Depok, Sleman, diselenggarakan Sarasehan dengan Tajuk
"Membangun Kebersamaan Dalam Keragaman Untuk Mengokohkan Yogyakarta
Sebagai Rumah Kita Bersama". Acara yang diselenggarakan oleh Forum
Pendampingan Penguatan Kedamaian (FP2K) dan Gerakan Masyarakat Damai Nusantara
(GEMA) dihadiri oleh Muspika Depok dan perwakilan dari para perantau asal Indonesia
Timur. Pemilihan dusun Tambakbayan sebagai tempat berlangsungnya acara dikarenakan
pada lokasi inilah pusat perantau Indonesia Timur menetap. Sarasehan ini
sendiri merupakan tindaklanjut atas beberapa pertemuan sebelumnya antara
perantau asal Indoensia Timur dengan Sri Sultan yang memang secara khusus
membahas tentang keharmonisan antar umat beragama dan juga tenggang rasa antar
suku.
"Mari kita kedepankan kekitaan Kita, bukan keakuan
kita" sebut Camat Depok mengutip apa yang pernah disampaikan Sri Sultan
saat membuka Sarasehan. Camat Depok juga menambahkan Untuk mewujudkan
Yogyakarta sebagai rumah bersama harus terus dilakukan komunikasi kebersamaan,
yaitu komunikasi yang berbasis lintas agama, suku dan budaya. Senada dengan
Camat Depok, KH. Abdul Muhaimin dari Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) DIY
yang menjadi narasumber pada acara tersebut menyebutkan sejak dahulu kultur
Mataram adalah kultur kebersamaan, oleh karena itu perlu adanya sikap saling
menghargai antar penghuninya. KH. Muhaimin yang merupakan pengasuh Ponpes Nurul
Ummahat Kota Gede juga menyebutkan kompleksitas Yogyakarta sebagai Laboratorium Kehidupan sangat
mendukung para pencari ilmu untuk meraih sukses walapun tidak dengan sekolah
formal sekalipun.
Di tempat yang sama, Sosiolog Zuli Qodir yang menjadi salah
satu nara sumber juga menghimbau agar perantau yang datang ke Yogyakarta
hendaknya berbaur dengan masyarakat lokal. "jangan hanya kumpul-kumpul di
asrama saja, gabunglah dengan penduduk lokal, siapa tau dijadikan menantu"
ungkap Dosen yang satu ini sambil tertawa. Zuli Qodir yang juga perantau asal
Banjar ini menyebutkan tips agar nyaman hidup di Jogja yaitu dengan belajar
bahasa jawa, selain itu juga perlu diketahui bahwa orang jawa itu suka basa
basi untuk melarang sesuatu, jadi harus dipahami sebagai pendatang.
Yang menjadi istimewa dalam acara sarasehan ini adalah
dipercayakannya Barisan Mahasiswa Kaimana (BAMANA) membawakan Tarian Perahu
sebagai pembuka acara. Muamar Furu selaku Ketua menyebutkan bergabungnya BAMANA
dalam forum perdamaian ini adalah merupakan bentuk tanggungjawab mahasiswa asal
Kaimana untuk bersama dengan perantau lain menjaga keharmonisan kota Yogyakarta. Tarian Perahu yang dibawakan oleh sepuluh orang ini diiringi oleh
empat buah lagu yaitu "Adena Ruguru Mumri" (Iratutu), "Tawerawia
Moirawaya" (Kambrauw), "Iuya Ipuya" (Kamoro) dan "Ora Ora
Mopo" (Timika). Selain tarian Perahu dari Kaimana, ditampilkan juga tarian
Tebe yang dibawakan oleh para mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur. (aq)
Foto : Reno Simpel
Foto : Reno Simpel
Rumah Kita Yogyakarta sebuah ide menarik jika bisa diwujudkan. Acaranya cukup bagus.
BalasHapusmewujudkan yogyakarta sebagai rumah kita bersama. demi kemajuan kita ke depan.
BalasHapusmewujudkan yogyakarta sebagai rumah kita bersama. demi kemajuan kita ke depan.
BalasHapusBenar setuju...
Hapus