Dua pekan terakhir, tak heran jika seluruh kemampuan panitia pelaksana ditujukan pada persiapan matang, pelaksanaan Sidang Sinode VIII GPI Papua, yang berlangsung di Kota Senja Kaimana. Sumber daya pun digerakkan untuk menyukseskan kegiatan akbar ini, yang rencananya akan dibuka oleh Gubernur Papua Barat, Abraham Octovianus Atururi di Stadion Triton. Kota Kaimana pun seperti khusuk berdoa, meminta Yang Maha Kuasa, agar pelaksanaan kegiatan Sidang Sinode, berawal dan berakhir dengan baik, untuk kedamaian Kaimana.
Laporan : Monic Andung-Kaimana Layaknya kegiatan MTQ pada Mei 2012 lalu, ratusan penari pun kembali ditampilkan oleh panitia pelaksana. Sekuat tenaga, mereka mencoba untuk menampilkan yang terbaik. Dengan bermodalkan pengabdian, seluruh panitia terus bekerja siang dan malam. Pelaksana Sidang Sinode VIII GPI Papua di Kaimana, yang merupakan salah satu kegiatan akbar, bukan barang baru yang ditangani oleh Pemerintah, tokoh agama dan masyarakat di wilayah paling selatan Provinsi Papua Barat ini. Sebut saja kegiatan MTQ Tingkat Provinsi Papua Barat pada Mei 2012 lalu, telah menoreh banyak kenangan. Meski bukan barang baru, tetapi panitia, terus bekerja dengan sekuat tenaga.
Sekretaris Panitia, Moses Werinusi,S.Sos mengatakan, persiapan pelaksanaan sebagai tuan rumah kegiatan, tentu dengan dukungan pemerintah, para tokoh agama dan masyarakat Kaimana, telah memberikan dukungan suksesnya kegiatan nanti. Benar bahwa kegiatan ini akan dibuka oleh Gubernur Papua Barat, Abraham Octovianus Atururi. Kita sudah mendapatkan informasi resmi itu dari Pemerintah Provinsi Papua Barat, di Stadion Triton Kaimana pada pukul 17.00 WIT,†sebut Moses di sela-sela persiapan pembukaan yang akan dilaksanakan pada Jumad 8 Februari mendatang.
Karena ini merupakan hajat akbar GPI se-Tanah Papua, maka kegiatan ini pun akan dihadiri Pangdam XVII Cenderawasih, Kapolda Papua, Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI. Para petinggi gereja, sebut Moses seperti Ketua GPIAM dan Sekumnya, Ketua PGI dan Ketua PGI Wilayah, Ketua Sinode GPM bersama Sekum, Ketua Sinode GPIB dan GMIM, pun akan hadir dalam kegiatan ini.
Sementara pesertanya, akan datang dari 14 Klasis yang ada di Tanah Papua, ditambah dengan Badan Pekerja Sinode dan Badan Pembantu. Total peserta yang akan mengikuti kegiatan ini sebanyak 600 orang. Meski pelaksanaannya masih jauh yakni tanggal 8 Februari mendatang, namun sejumlah peserta sudah 90 hadir di Kaimana. Ini dimaksudkan untuk persiapan-persiapan selanjutnya agar lebih mudah berkoordinasi. Apalagi kita paham bahwa jasa transportasi di Papua sangat sulit, makanya sejumlah peserta datang lebih dahulu,†akunya.
Dalam sesi latihan persiapan acara seremonial pembukaan yang akan digelar pada Jumat (8/2) mendatang, diawali dengan sejumlah ritual. Suling Tambur dan Hadrat pun akan memeriahkan acara pembukaan pelaksanaan Sidang Sinode XVII. Tarian kolaborasi Perdamaian Papua dengan Tari Lenso sebagai ilustrasi dan refleksi masuk Injil di Kaimana, pun akan ditampilkan dalam acara seremonial ini. Sementara Perahu Kajang, yang merupakan perahu tradisi Kaimana, menggambarkan adat istiadat Kaimana, akan ditumpangi oleh Badan Pekerja Sinode dan guru-guru injil, memasuki Stadion Triton Kaimana, diiringi tari tarian dan nyanyian suling bambu, termasuk juga Hadrat dari Remaja Muslim Kaimana, menggambarkan kerukunan hidup antar umat beragama di wilayah ini.
Moses dalam pandangannya mengatakan, Sidang Sinode yang digelar mendatang, adalah bertujuan untuk merumuskan sejumlah program dan kegiatan GPI se-Tanah Papua, yang akan dilaksanakan majelis Sinode selama kepemimpinan periode mendatang. Dalam kegiatan ini pun, Ketua Sinode GPI akan dipilih. Kaimana sebagai tuan rumah pelaksanaan Sidang Sinode, adalah sebuah langkah yang tepat untuk merumuskan berbagai program dan kegiatan. Kaimana terpilih menjadi tuan rumah, karena kepercayaan Sinode. Ini sangat member berkah dan manfaat bagi pemerintah daerah, masyarakat dan seluruh stakeholders yang ada di wilayah ini. Intinya, dengan kegiatan ini, semakin kokoh dan kuat iman kita akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dalam menyelematkan umat manusia di seluruh wilayah ini, ujarnya.
Kunjungan seluruh peserta ke Kaimana, saat ini sudah mulai terasa. Kegiatan-kegiatan kerohanian, menyongsong Sidang Sinode, termasuk menyongsong hari masuknya Injil di Tanah Papua pada 5 Februari mendatang, merupakan dua event yang tidak bisa dianggap sepele. Doa dan pengucapan syukur, mulai terasa di masing-masing Gereja. Perdamaian adalah salah satu tujuannya, agar Kaimana yang disebut-sebut sebagai Nigre Itro Esuem, benar-benar dihayati, bukan hanya sekedar kata, tetapi terus bergema dalam setiap sanubari yang hidup dan bermukim di Kaimana.
Saya pikir, kekerabatan yang sudah tertata sejak nenek moyang, kita tidak bisa tinggalkan begitu saja. Orang Kaimana, mengakui semua orang, tanpa mempersoalan suku, bangsa, ras dan agama, sebagai torang semua basudara. Nilai ini yang harus dipahami saat ini dan pada masa yang akan datang, sebagai wujud kebesaran Tuhan atas negeri ini, negeri Jazirah Onim di Selatan Papua,†sebut salah satu panitia pelaksana yang berhasil diwawancarai kemarin.
Perdamaian, menurut dia, yang akan digambarkan dalam acara ceremonial mendatang, merupakan bentuk kekerabatan dan toleransi umat beragama di Senja Kaimana. Sidang Sinode GPI dan pelaksanaannya hingga damailah Kaimana, merupakan sebuah seruan, bagaimana masyarakat di wilayah Selatan Papua ini, harus terus hidup rukun dan damai, sebagai Indonesia mini di Tanah Papua. Selamat datang seluruh peserta Sidang Sinode XVIII di Kaimana, berbuatlah dan berbaktilah untuk negeri ini, Tuhan Yesus bersama kita.(*)
Sumber : http://www.radartimika.com/index.php?mib=berita.detail&id=7291
Tidak ada komentar:
Posting Komentar